Dalam pertemuan maraton yang telah digelar sejak hari Sabtu pekan lalu, kedua Korea sepakat untuk menahan diri dan tidak berperang.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 25 Agustus
2015, Hwang Pyong-so yang mewakili Korea Utara menyatakan penyesalan
terkait insiden dua pasukan Korea Selatan yang terluka akibat kena
ledakan ranjau.
Sementara, Kim Kwan-jin yang mewakili Negeri Ginseng, sepakat untuk menghentikan propaganda siaran itu.
Kendati Korut menyesal, namun mereka tidak menyampaikan permintaan
maaf seperti yang dituntut oleh Presiden Park Geun-hye pada Senin
kemarin. Walaupun begitu, Kim selaku penasihat keamanan nasional
Presiden Korsel, tetap mengaku hasil perundingan itu sangat bermakna.
"Sangat mendalam bahwa dari pertemuan ini, Korut meminta maaf atas
provokasi ranjau dan berjanji untuk tak lagi mengulangi perbuatan itu.
Mereka juga berjanji untuk mengurangi ketegangan yang ada," ujar Kim
ketika memberikan keterangan pers di stasiun televisi.
Sementara itu, perwakilan dari kantor Presiden Park mengatakan yang
terpenting saat ini proyek spesifik yang disepakati oleh kedua Korea
melalui dialog direalisasikan.
Menindaklanjuti hasil kesepakatan, juru bicara Kementerian
Pertahanan Korsel, Kim Min-seok, menyebut kedua pihak akan menarik
mundur pasukan militer mereka mulai siang ini. Ketika propaganda siaran
Korsel resmi dihentikan, maka status perang yang sebelumnya diumumkan
Pyongyang juga dicabut.
Kendati mereka meminta maaf atas insiden ledakan ranjau, tetapi
mereka secara terbuka tidak mengaku akan bertanggung jawab terhadap
korban.
"Kedua pihak saling berkompromi. Korsel tidak memperoleh permintaan
maaf, tetapi mereka mendapat sebuah pernyataan penyesalan mengenai luka
yang dialami oleh kedua pasukannya. Tetapi, hal itu bisa saja mereka
anggap sebagai sebuah permintaan maaf," ujar pengajar dari Universitas
Yonsei, John Delury.
Dia menambahkan, yang lebih penting lagi dari hasil pertemuan itu,
yakni mempertahankan jalur dan membukan kembali hubungan kedua Korea.
Hal tersebut, kata Delury jauh lebih sulit untuk diterapkan. Kendati
begitu, kesepakatan yang berhasil dicapai dini hari tadi bisa dijadikan
sebuah pijakan.
Pertemuan kedua Korea digelar di area perbatasan usai Korut
mengultimatum Korsel akan segera menggelar perang terbuka, jika Seoul
tak mencabut siaran propaganda melalui pengeras suara. Alat tersebut
dipasang di area perbatasan dan menayangkan berita mengenai Korsel agar
bisa didengar oleh warga Korut di sana.
Dalam kesepakatan yang dicapai hari ini, kedua Korea juga sepakat
untuk mengatur kembali pertemuan reuni keluarga yang terpisah saat
perang Korea. Rencananya reuni keluarga itu akan digelar pada musim
liburan di musim gugur. (hs/le)
0 komentar: